Profil Desa Jlegiwinangun

Ketahui informasi secara rinci Desa Jlegiwinangun mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Jlegiwinangun

Tentang Kami

Profil Desa Jlegiwinangun, Kutowinangun, Kebumen. Mengupas tuntas potensi agraris, geliat UMKM pengolahan singkong, kondisi geografis, pemerintahan, dan kehidupan sosial budaya. Temukan informasi lengkap mengenai desa dinamis di jalur vital Kebumen ini.

  • Basis Agraris yang Kuat

    Perekonomian desa ditopang oleh sektor pertanian lahan basah yang subur, didukung oleh infrastruktur irigasi historis dari Bendung Bedegolan.

  • Geliat UMKM dan Ekonomi Kreatif

    Desa ini aktif mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), khususnya pengolahan hasil pertanian seperti singkong (manggleng), dengan dukungan pelatihan digital marketing untuk Kelompok Wanita Tani (KWT).

  • Komunitas Solid dan Berdaya

    Masyarakatnya menunjukkan ikatan sosial yang kuat melalui tradisi seperti merdi bumi dan kepedulian sosial dari paguyuban perantau, menunjukkan modal sosial yang besar untuk pembangunan desa.

Pasang Disini

Desa Jlegiwinangun, yang terletak di Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, merupakan sebuah wilayah yang memadukan denyut kehidupan agraris dengan semangat pengembangan ekonomi modern. Berada di bagian utara kecamatan, desa ini tidak hanya menjadi penopang pangan melalui lahan pertaniannya yang subur, tetapi juga menunjukkan geliat positif dalam inovasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Didukung oleh lokasi strategis dan modal sosial masyarakat yang kuat, Jlegiwinangun memposisikan diri sebagai desa yang dinamis dan penuh potensi.

Sejarah dan Konteks Kewilayahan

Nama Jlegiwinangun sarat akan makna historis dan filosofis. Secara etimologis, nama ini dapat diurai dari dua kata dalam bahasa Jawa: "Jlegi" dan "Winangun". "Jlegi" bisa merujuk pada kondisi geografis atau sebuah penanda tempat, sementara "Winangun" berarti `yang dibangun` atau `yang didirikan`. Secara keseluruhan, nama ini menyiratkan sebuah harapan atau penanda atas daerah yang didirikan dan dibangun untuk kesejahteraan.

Secara historis, peradaban di wilayah ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Sungai Bedegolan atau yang juga dikenal sebagai Kali Medono. Aliran sungai ini bukan hanya sumber utama irigasi bagi lahan pertanian sejak zaman kolonial, tetapi juga menjadi jalur penting yang berkaitan erat dengan penyebaran syiar Islam di masa lalu. Keberadaan Bendung Bedegolan, yang jejaknya sudah ada sejak era kolonial Belanda meskipun pembangunan modernnya tercatat pada tahun 1989, menjadi bukti sahih betapa vitalnya infrastruktur pengairan bagi kehidupan masyarakat Jlegiwinangun dari generasi ke generasi. Peninggalan bersejarah seperti "sluis mati" atau sisa fondasi pintu air peninggalan Belanda di tepi sungai menjadi saksi bisu perjalanan panjang desa ini dalam mengelola sumber daya alamnya.

Kondisi Geografis dan Demografi

Secara administratif, Desa Jlegiwinangun tercatat dengan kode wilayah 33.05.10.2013 dan kode pos 54393. Desa ini menjadi salah satu dari 19 desa/kelurahan di wilayah Kecamatan Kutowinangun.

Letak dan Batas Wilayah

Desa Jlegiwinangun berlokasi di sisi utara Kecamatan Kutowinangun. Berdasarkan data dari Pemerintah Kecamatan Kutowinangun, batas-batas wilayahnya meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Poncowarno.
  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Lumbu dan Korowelang.
  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Desa Triwarno.
  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Kebumen.

Luas Wilayah

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kebumen, luas wilayah Desa Jlegiwinangun yaitu 2,78 km². Sebagian besar lahan dimanfaatkan untuk pertanian, khususnya sawah irigasi, yang didukung oleh aliran dari Bendung Bedegolan.

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Sebagai desa agraris, komposisi penduduk Jlegiwinangun didominasi oleh masyarakat yang bekerja di sektor pertanian. Data kependudukan yang akurat secara real-time dapat diakses melalui kantor desa, namun secara umum, kepadatan penduduk di Jlegiwinangun tersebar secara proporsional antara area permukiman dan lahan pertanian, menciptakan lanskap pedesaan yang khas.

Struktur Pemerintahan dan Layanan Publik

Penyelenggaraan pemerintahan di Desa Jlegiwinangun berjalan secara terstruktur di bawah kepemimpinan seorang Kepala Desa yang dibantu oleh jajaran perangkat desa. Pemerintah desa, yang berkantor di Jalan Bendung Bedegolan Km 5, berfungsi sebagai pusat administrasi, pelayanan masyarakat, dan motor penggerak pembangunan. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga berperan aktif sebagai lembaga legislatif dan pengawas jalannya pemerintahan desa.

Di sektor layanan publik, desa ini telah dilengkapi dengan fasilitas dasar yang memadai.

  • Pendidikan: Terdapat lembaga pendidikan formal seperti Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Jlegiwinangun yang menjadi sarana pendidikan utama bagi anak-anak di desa. Keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) juga menunjang persiapan pendidikan generasi muda.

  • Kesehatan: Layanan kesehatan primer diakses melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang tersebar di beberapa titik. Puskesmas Kutowinangun secara rutin memberikan pendampingan dan program kesehatan, seperti program "FOUR(I)" (Nutrisi, Stimulasi, Imunisasi, Evaluasi) yang diimplementasikan untuk mencegah stunting pada balita dan memantau kesehatan ibu hamil.

  • Infrastruktur: Akses jalan utama desa sudah dalam kondisi baik, menghubungkan Jlegiwinangun dengan pusat kecamatan dan jalan raya provinsi. Jaringan listrik dari PLN telah menjangkau seluruh wilayah, sementara akses internet juga terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan digital masyarakat.

Perekonomian Desa: Tulang Punggung Agraris dan Inovasi UMKM

Perekonomian Desa Jlegiwinangun berdiri di atas dua pilar utama: sektor pertanian yang telah mengakar kuat dan sektor UMKM yang terus menunjukkan inovasi.

Sektor pertanian merupakan tulang punggung utama. Lahan sawah yang luas dan subur, ditopang oleh sistem irigasi teknis dari Bendung Bedegolan, menjadikan desa ini sebagai salah satu lumbung padi di Kecamatan Kutowinangun. Selain padi, para petani juga menanam tanaman palawija seperti singkong dan jagung, terutama di lahan kering atau sebagai tanaman rotasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, Jlegiwinangun menunjukkan perkembangan signifikan dalam hilirisasi produk pertanian melalui UMKM. Salah satu yang paling menonjol ialah pengolahan singkong menjadi makanan ringan khas bernama "manggleng". Potensi ini mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan institusi pendidikan.

Kelompok Wanita Tani (KWT) "Mekar Asri" menjadi aktor utama dalam geliat ekonomi kreatif ini. Beranggotakan puluhan ibu rumah tangga, KWT Mekar Asri aktif memproduksi manggleng dan olahan makanan lainnya. Upaya mereka mendapat dukungan nyata, seperti program pelatihan dari Balai Pelatihan Koperasi UKM Provinsi Jawa Tengah dan Program Ormawa Membangun Negeri (POMN) dari Politeknik Piksi Ganesha Indonesia. Bantuan yang diberikan tidak hanya berupa peralatan produksi modern, tetapi juga mencakup pelatihan vital di era digital.

"Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini, kami berharap dapat meningkatkan kemampuan anggota kelompok wanita tani dalam memasarkan produk secara digital, melalui media sosial dan marketplace," demikian kutipan dari sebuah jurnal pengabdian masyarakat yang menyoroti program di desa ini. Pelatihan digital marketing dan branding produk terbukti berhasil meningkatkan jangkauan pasar produk KWT Mekar Asri, bahkan dilaporkan berhasil menaikkan penjualan hingga 20% dalam tiga bulan dan menerima pesanan dari luar daerah.

Kehidupan Sosial, Budaya, dan Keagamaan

Masyarakat Desa Jlegiwinangun memegang teguh nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Semangat ini tecermin dalam berbagai kegiatan komunal dan tradisi budaya yang masih lestari. Salah satu tradisi yang rutin dilaksanakan yaitu merdi bumi atau sedekah bumi. Acara ini menjadi wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah. Biasanya, tradisi ini dimeriahkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang dihadiri oleh seluruh warga, menciptakan momen kebersamaan yang erat.

Kehidupan beragama di desa ini berjalan harmonis, dengan mayoritas penduduk memeluk agama Islam. Kegiatan keagamaan terpusat di masjid-masjid dan musala yang tersebar di setiap dusun.Selain itu, ikatan sosial masyarakat Jlegiwinangun juga diperkuat oleh keberadaan paguyuban warga perantauan. Para warga yang bekerja di luar kota, terutama di Jakarta dan sekitarnya, tetap menunjukkan kepedulian tinggi terhadap kampung halamannya. Melalui paguyuban ini, mereka secara rutin menggalang dana untuk kegiatan bakti sosial, seperti santunan bagi anak yatim dan kaum duafa saat momen Idulfitri. Inisiatif ini menunjukkan bahwa jarak tidak melunturkan rasa memiliki dan tanggung jawab sosial terhadap kemajuan desa.

Infrastruktur dan Potensi Pengembangan

Secara infrastruktur, Desa Jlegiwinangun memiliki fondasi yang cukup baik untuk pengembangan lebih lanjut. Jalan desa yang terhubung dengan pusat kecamatan mempermudah distribusi hasil pertanian dan produk UMKM. Keberadaan Bendung Bedegolan tidak hanya vital untuk irigasi, tetapi juga memiliki potensi sebagai objek wisata edukasi atau agrowisata jika dikelola dengan baik.

Potensi pengembangan ke depan sangat terbuka. Di sektor pertanian, diversifikasi tanaman bernilai ekonomi tinggi dan penerapan teknologi pertanian modern dapat meningkatkan produktivitas. Di sektor ekonomi kreatif, UMKM pengolahan manggleng dan produk lainnya memiliki peluang besar untuk naik kelas. Dengan penguatan branding, pengemasan yang lebih menarik, dan pemasaran digital yang konsisten, produk-produk Jlegiwinangun dapat menembus pasar yang lebih luas, baik regional maupun nasional.

Kolaborasi antara pemerintah desa, KWT, akademisi, dan dukungan dari paguyuban perantau menjadi kunci untuk mengakselerasi pembangunan. Dengan segala potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki, Desa Jlegiwinangun berada di jalur yang tepat untuk menjadi desa yang maju, mandiri, dan sejahtera.